JAKARTA- Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fachry Ali mengatakan, saat ini Partai Persatuan Pembangunan (PPP) membutuhkan figur yang bisa berkonsolidasi lintas partai.
Dengan kata lain, kendati kader dilahirkan PPP, figur tersebut harus bisa memiliki pengaruh ke luar. Saat ini, kata dia, PPP hanya sibuk memunculkan figur yang bisa memimpin partai, tapi tidak bisa memimpin bangsa.
"PPP pada dasarnya sekarang ini mengalami krisis tokoh. Untuk itu, tokoh-tokoh baru di PPP yang saat ini mengikuti Muktamar harus bisa membuktikan bahwa mereka memang pantas dicalonkan," tukas dia, di Jakarta, Senin, (4/7/2011).
Dia mengutarakan, saat ini tokoh-tokoh yang ada di Muktamar seperti Surya Dharma Ali (SDA) dan Ahmad Muqowam hanya dikenal sebagai tokoh PPP dan bukan tokoh lintas partai. Dia menilai, keberadaan kader muda Ahmad Yani dalam Muktamar PPP kali ini memang bisa menjadi alternatif.
Namun, kata dia, dibutuhkan kerja keras dari Yani sebagai orang baru di PPP. Untuk itu, pihaknya sendiri memprediksikan Ahmad Yani justru akan berkoalisi dengan kubu Ahmad Muqowan untuk membuat pembaruan di partai berlambang kakbah tersebut.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana mengutarakan, saat ini ada pertarungan dua unsur PPP pada Muktamar, yakni unsur Muslimin Indonesia (MI) yang diwakili Ahmad Muqowam dan unsur Nahdlatul Ulama (NU) yang diwakili SDA.
Pertarungan dua unsur ini, menurut dia, bisa dimanfaatkan kubu Ahmad Yani dengan membangun reputasi lintas kubu. Menurut dia, bisa saja justru Ahmad Yani dijadikan alternatif pilihan muktamirin, dengan catatan mengandalkan kemampuan Ahmad Yani mengakomodasi dua kubu yang sedang bertarung.
"Saya kira Ahmad Yani memang regenerasi baru. Namun pertanyaannya apa Yani mampu mengakomodasi kekuatan-kekuatan yang ada? Pasalnya, saat ini PPP sendiri membutuhkan adanya figur yang bisa menerapkan power sharing, jika memang nanti terpilih menjadi Ketua Umum PPP," tandas dia.
Pihaknya menganalisa, pemenang Muktamar nanti akan ditentukan figur yang bisa memiliki jaringan kuat di DPC PPP kabupaten/kota. Hanya saja, lanjut dia, permasalahannya berhembus kabar bahwa banyak DPC yang sudah digembosi pihak-pihak DPP PPP.
Dengan begitu, Ari menjelaskan, muncul nuansa antistatus quo pada Muktamar VII PPP. Nuansa anti-SDA ini bisa dimanfaatkan dengan konsolidasi yang dibangun kubu lain. Kendati begitu, faksionalisasi yang muncul pada Muktamar ini hendaknya tidak terbawa sampai Muktamar selesai.
"Jika itu terbawa hingga selesai Muktamar, ancaman kepada PPP sudah menunggu. Contohnya, jika memang parliamentary threshold (PT) memungkinkan untuk disahkan, PPP akan sulit untuk mengejar angka itu. Disisi lain, Pemilu 2014 sudah semakin dekat," pungkasnya.
(Radi Saputro/Koran SI/ugo)
Dengan kata lain, kendati kader dilahirkan PPP, figur tersebut harus bisa memiliki pengaruh ke luar. Saat ini, kata dia, PPP hanya sibuk memunculkan figur yang bisa memimpin partai, tapi tidak bisa memimpin bangsa.
"PPP pada dasarnya sekarang ini mengalami krisis tokoh. Untuk itu, tokoh-tokoh baru di PPP yang saat ini mengikuti Muktamar harus bisa membuktikan bahwa mereka memang pantas dicalonkan," tukas dia, di Jakarta, Senin, (4/7/2011).
Dia mengutarakan, saat ini tokoh-tokoh yang ada di Muktamar seperti Surya Dharma Ali (SDA) dan Ahmad Muqowam hanya dikenal sebagai tokoh PPP dan bukan tokoh lintas partai. Dia menilai, keberadaan kader muda Ahmad Yani dalam Muktamar PPP kali ini memang bisa menjadi alternatif.
Namun, kata dia, dibutuhkan kerja keras dari Yani sebagai orang baru di PPP. Untuk itu, pihaknya sendiri memprediksikan Ahmad Yani justru akan berkoalisi dengan kubu Ahmad Muqowan untuk membuat pembaruan di partai berlambang kakbah tersebut.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana mengutarakan, saat ini ada pertarungan dua unsur PPP pada Muktamar, yakni unsur Muslimin Indonesia (MI) yang diwakili Ahmad Muqowam dan unsur Nahdlatul Ulama (NU) yang diwakili SDA.
Pertarungan dua unsur ini, menurut dia, bisa dimanfaatkan kubu Ahmad Yani dengan membangun reputasi lintas kubu. Menurut dia, bisa saja justru Ahmad Yani dijadikan alternatif pilihan muktamirin, dengan catatan mengandalkan kemampuan Ahmad Yani mengakomodasi dua kubu yang sedang bertarung.
"Saya kira Ahmad Yani memang regenerasi baru. Namun pertanyaannya apa Yani mampu mengakomodasi kekuatan-kekuatan yang ada? Pasalnya, saat ini PPP sendiri membutuhkan adanya figur yang bisa menerapkan power sharing, jika memang nanti terpilih menjadi Ketua Umum PPP," tandas dia.
Pihaknya menganalisa, pemenang Muktamar nanti akan ditentukan figur yang bisa memiliki jaringan kuat di DPC PPP kabupaten/kota. Hanya saja, lanjut dia, permasalahannya berhembus kabar bahwa banyak DPC yang sudah digembosi pihak-pihak DPP PPP.
Dengan begitu, Ari menjelaskan, muncul nuansa antistatus quo pada Muktamar VII PPP. Nuansa anti-SDA ini bisa dimanfaatkan dengan konsolidasi yang dibangun kubu lain. Kendati begitu, faksionalisasi yang muncul pada Muktamar ini hendaknya tidak terbawa sampai Muktamar selesai.
"Jika itu terbawa hingga selesai Muktamar, ancaman kepada PPP sudah menunggu. Contohnya, jika memang parliamentary threshold (PT) memungkinkan untuk disahkan, PPP akan sulit untuk mengejar angka itu. Disisi lain, Pemilu 2014 sudah semakin dekat," pungkasnya.
(Radi Saputro/Koran SI/ugo)
Sumber : www.okezone.com
0 komentar:
Post a Comment