Jenius, anak GPPH baiknya di sekolah umum. (Foto: Getty Images)
SEORANG anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) pada dasarnya memiliki kecerdasan tinggi, bahkan jenius. Namun prestasinya buruk dan kerap menjadi "korban" tidak naik kelas, atau tidak memeroleh nilai yang sesuai dengan kecerdasannya.
Dalam disertasinya, DR Dr Theresia MD Kaunang SpKJ (K) menjelaskan, sebanyak 72 persen anak GPPH mengalami kesulitan akademik. Ini disebabkan GPPH telah mendominasi keadaan anak sehingga kecerdasan anak tidak tampak.
"Hemat saya, anak GPPH tidak perlu dimasukkan ke sekolah khusus. Kendati memiliki kecerdasan di atas rata-rata, mereka seharusnya tetap bersama anak-anak normal lainnya, namun tetap menjalani terapi agar optimal perubahannya-terlihat seperti anak normal lainnya," kata Dr dr Theresia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rabu (20/7/2011).
Orangtua dengan anak GPPH, sambung Theresia, kerap tidak percaya anak mereka pintar karena cenderung dinilai "bodoh". Padahal pengalaman membuktikan, anak GPPH ternyata memiliki IQ 148 dan mampu memenangkan Olimpiade Matematika Se-Jakarta Selatan.
Dalam disertasinya, DR Dr Theresia MD Kaunang SpKJ (K) menjelaskan, sebanyak 72 persen anak GPPH mengalami kesulitan akademik. Ini disebabkan GPPH telah mendominasi keadaan anak sehingga kecerdasan anak tidak tampak.
"Hemat saya, anak GPPH tidak perlu dimasukkan ke sekolah khusus. Kendati memiliki kecerdasan di atas rata-rata, mereka seharusnya tetap bersama anak-anak normal lainnya, namun tetap menjalani terapi agar optimal perubahannya-terlihat seperti anak normal lainnya," kata Dr dr Theresia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rabu (20/7/2011).
Orangtua dengan anak GPPH, sambung Theresia, kerap tidak percaya anak mereka pintar karena cenderung dinilai "bodoh". Padahal pengalaman membuktikan, anak GPPH ternyata memiliki IQ 148 dan mampu memenangkan Olimpiade Matematika Se-Jakarta Selatan.
0 komentar:
Post a Comment